7 Comments Add your own
Leave a reply to Hayatun Nismah Cancel reply
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed
Trackback this post | Subscribe to the comments via RSS Feed
M | T | W | T | F | S | S |
---|---|---|---|---|---|---|
1 | 2 | 3 | 4 | 5 | ||
6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 |
13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 |
20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 |
27 | 28 |
1. Budi Putra | February 17, 2006 at 3:32 am
Selamat atas weblog baru ini….
2. Hayatun Nismah | May 15, 2006 at 9:48 am
Saya tertarik dengan penulisan anda
3. Hayatun Nismah Rumzy | July 18, 2006 at 1:15 am
Saya senang dengan analisa ananda tentang PDRI – Setelah pertemuan di Seminar PDRI di Le Meridien Hotel saya salut kepada ananda dan ingin sejalan dengan ananda yang akan meluruskan sejarah.
4. Bonnie Triyana | August 23, 2006 at 2:46 am
Uda Mestika, senang sekali bisa membaca weblog ini. Mohon ditambah lagi isinya, terutama tentang sisi lain dari PDRI.
tabik,
Bonnie Triyana
5. Hadi Nur | January 5, 2007 at 9:23 am
Prof. Mestika, teruskan menuangkan ide dalam blog ini, karena ide-idenya akan lebih cepat dikenal. Jika memungkinkan, tulisan-tulisan tersebut juga ditulis dalam bahasa Inggris supaya lebih mendunia dan dibaca oleh banyak yang tidak paham bahasa Indonesia.
Wassalam,
Hadi Nur
6. ardiansyah | April 23, 2008 at 2:40 pm
saya adalah mahasiswa sejarah unand, dan saya paenah mengajukan pendapat saya pada seminar Prof. Henk Shcolte Nordholt tentang Historiografi Indonesia, sepertinya antara saya dan bapak Mes ada sebuah perbedaan pandangan zaman, jika bapak adalah tokoh yang dibesarkan pada didikan patuh, nurut, dan menerima didikan guru. maka kami adalah sebuah lapisan masyarakat yang terlahir dari sistem pendidikan teks book, yang melahirkan kejenuhan dan mencoba dengan mengkritisi hidup dengan segenap pemikiran yang ada. pada golongan kami atau sesachel society, kami melitat pada sejaraj indonesia itu memang telah terjadi pengaburan yang tentunya lebih menguntungkan sebagian individu, dan kami menuntut secara tegas bahwa sejarah memang harus di rekonstruksi ulang. kami bukannya tidak memerlukan sejarah sebagai bukti verbal, kami butuh sejarah, butuh pegangan, butuh landasan, karena NO DOCUMENT NO HISTORY, karena masalah sejarah adalah masalah yang sangat urgen, sedikit saja terjadi kesalahan, maka akan terjadi kesesatan, namun yang kita inginkan sebagai golongan atau hasil dari pendidikan yang berfikir kritis, sepertinya sejarah memang harus di rekonstruksi ulang.
7. tjahajatimoer | July 5, 2008 at 8:09 am
tulisan bapak dapat saya jadikan referensi